Kami bercerita tentang kehidupan kami masing-masing. Ternyata setelah mengetahui latar belakang keluarganya, saya menjadi sedikit, mm, tidak sedikit, menjadi prihatin. Sepertinya tidak perlu tau hal apa yang membuat jiwa sosial saya akhirnya terbangun dari hibernasinya.
Tapi, saya juga terkaget-kaget ketika tau bahwa dia adalah seorang PEROKOK! Huh, saya begitu membenci seorang perokok! Apalagi dia partner kerja saya, dan dia cukup aktif di tempat kerja saya. Segera saya menyampaikan 'aspirasi' saya. Rivan inging lepas dari pengaruh rokok itu, namun,"Susah banget tau!" begitu ucapnya. Yah, semua hal kalo di pandang pesimis, hasilnya pasti pesimis juga, betul ?!
Cerita punya cerita, Rivan meminta saya menceritakan kisah perjalanan hidup seorang gadis remaja cantik nan keren, yang tak lain dan tak bukan adalah Saya. Hmph, kisah hidup saya selalu diwarnai dengan canda dan tawa, tak hanya itu saja, ratap dan tangis seringkali menengok ke arah saya, dan mencoba mengusir sukacita dalam diri saya. Yah, itulah HIDUP, bukan?!
Tak akan pernah terlewatkan, saya pasti menceritakan tentang kisah penantian saya akan seorang bocah pemalu yang sampai kemarin saya tunggu kepastian hatinya, sebut saja namanya Oktav. Rivan mendengar keluh kesah saya. (Ya, yang namanya menanti tidak ada yang enak bukan? Apalagi menanti yang tidak pasti?!) Dia men-support saya. Kaget. Ternyata Rivan care juga :). Ko jadi agak aneh ya, rasanya??? Hmhmhm....
========================================
Tepat malam itu, Oktav menghubungi saya, hanya dengan bermodalkan tulisan,"Ne, bingung nie..." sudah membuat saya cukup terkejut, dan bingung juga, paa yang terjadi dengannya. Segera saya membalas sms nya, namun balasan darinya tak kunjung sampai. Sampai akhirnya untuk ketiga kalinya saya mengirimkan sms saya, barulah dia membalas dan mengatakan akan menelpon saya. Kaget campur senang campur bingung juga, hampir lengkap kombinasi ini. Lal sekali kami tidak saling menelpon, seringkali kami berkomunikasi lewat sms. Saya terus menunggu telpon darinya kemarin malam, sampailah tepat pukul 00.30 dia menelpon saya. Ya, saya senang dia menelpon saya. Kangen sekali rasanya mendengar suaranya yang agak sedikit bass campur alto itu (hah, apa sih?!). Ternyata ada seorang cewe yang tengah mengganggu hidupnya saat ini. Dari nada bicaranya, dia sangat tidak menyukai kondisi itu. Kami bersenda gurau bersama, sesekali saya menanyakan kabar keluarganya, dan seperti biasa, Oktav kebingungan untuk bertanay balik pada saya. Entah karena kamus pertanyaannya terlalu sedikit atau karena kosakatanya masih sedikit. Tapi, itulah Oktav, selalu saja ada pesona dari dalam dirinya, walaupun dia termasuk tipe cowo yang belum dewasa dan pemalu. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 01.30. Beberapa kali Oktav menguap, dan setiap saya tanyakan keinginannya untuk menutup matanya a.k.a tidur, selalu saja jawabannya tidak, belum ngantuk. Sampailah, akhirnya kami tiba di satu titik yang bernama sama-sama habis topik. Kami terdiam beberapa saat, dan sesaat kemudia saya memanggil namanya, namun tidak ada jawaban dari sana. Saya pikir Oktav sedang becanda dengan saya, mencoba mempermainkan saya, ternyata, dia benar-benar tertidur, terlelap, karena begitu lelahnya hari yang ia lewati kemarin. Saya mengakhiri telponnya, dan mengucapkan,"Selamat tidur, Oktav" . . .
Dari pembicaraan itu, entah mengapa, saya mengambil keputusan untuk berhenti menunggunya. Oktav masih terlalu muda, dia tampan, charming, no cigarette, no alcohol, and the others damn thing. Memang dia tipe saya, namun, bukan Oktav orang yang tepat utnuk saya (mungkin). Tapi, bukan berarti saya tidak boleh terus care sama dia kan?
Sampe kapanpun,"Kk sayang Oktav :)"
Dari pembicaraan itu, entah mengapa, saya mengambil keputusan untuk berhenti menunggunya. Oktav masih terlalu muda, dia tampan, charming, no cigarette, no alcohol, and the others damn thing. Memang dia tipe saya, namun, bukan Oktav orang yang tepat utnuk saya (mungkin). Tapi, bukan berarti saya tidak boleh terus care sama dia kan?
Sampe kapanpun,"Kk sayang Oktav :)"
No comments:
Post a Comment